Orang-orangan Kampung Bambu
Rp 55.000
Penerbit: CV. Poetry Publisher
Penulis: Kurnia Gusti Sawiji
Penyunting: Yuli
Ilustrator: Naseva Naila
Desain layout dan sampul: Tama
Cetakan pertama, Mei 2025
ix + 149 hlm; 14x20 cm
ISBN: (Dalam proses)
Jilid: Softcover
Penulis: Kurnia Gusti Sawiji
Penyunting: Yuli
Ilustrator: Naseva Naila
Desain layout dan sampul: Tama
Cetakan pertama, Mei 2025
ix + 149 hlm; 14x20 cm
ISBN: (Dalam proses)
Jilid: Softcover
Blurb:
Aku menatapnya lekat-lekat, dan dia menatapku lekat-lekat. Sekali Pik mempertaruhkan sesuatu, maka dia tidak akan ambil pusing mempertaruhkan hal lain. Termasuk masa lalu, masa kini, dan masa depannya. Dan hanya serangan senjata nuklir dari Tiongkoklah yang dapat menghentikannya. Menghancurkan masa lalu, masa kini, dan masa depannya sehingga dia tidak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan.
Hidup itu sederhana. Sesederhana mencari korek kuping, sesederhana mencari ayam yang hilang, sesederhana memilih untuk tidak datang kerja di hari Sabtu. Tetapi bagi orang-orang yang kerap memandang hidup sebagai permasalahan yang rumit, maka akan rumitlah hidup itu. Serumit menggagalkan hajatan tetangga, serumit menguburkan bangkai kucing di pinggir jalan, serumit kentut.
***
“Membaca kumpulan cerpen Orang-orangan Kampung Bambu seperti mendengar sebuah dongeng. Beragam cerita yang memadukan warna lokalitas dan urban menjadikan buku ini kaya dengan tema. [...] Gaya bertutur yang khas mengingatkan kepada Bakat Menggonggong oleh Dea Anugrah. [...] Layak dibaca bagi mereka yang mendikotomikan apa yang disebut ‘lokal’ dan ‘urban’.” (Ade Mulyono, penulis – nominee Cerpen Pilihan Kompas 2024)
“Gairah bereksperimen dalam bentuk dan isi sangat terasa dalam kumpulan cerpen ini. Percobaan yang terbilang berani dan harus seperti itu. [...] Tokoh-tokoh ‘aneh’ bertebaran di kumpulan cerpen ini; tentu saja dengan maksud menghadirkan tokoh dan karakter yang kuat agar bisa melekat di benak pembaca dalam waktu yang lama.” (Dewanto Amin Sadono, sastrawan – nominee Penghargaan Sastra Kemendikbud 2024)
“Dalam kumpulan cerita pendek ini, Kurnia telah menunjukkan kepolosan seorang anak dan kematangan seorang pencerita ulung.” (Cicilia Oday, penulis – emerging writers UWRF 2024)
Aku menatapnya lekat-lekat, dan dia menatapku lekat-lekat. Sekali Pik mempertaruhkan sesuatu, maka dia tidak akan ambil pusing mempertaruhkan hal lain. Termasuk masa lalu, masa kini, dan masa depannya. Dan hanya serangan senjata nuklir dari Tiongkoklah yang dapat menghentikannya. Menghancurkan masa lalu, masa kini, dan masa depannya sehingga dia tidak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan.
Hidup itu sederhana. Sesederhana mencari korek kuping, sesederhana mencari ayam yang hilang, sesederhana memilih untuk tidak datang kerja di hari Sabtu. Tetapi bagi orang-orang yang kerap memandang hidup sebagai permasalahan yang rumit, maka akan rumitlah hidup itu. Serumit menggagalkan hajatan tetangga, serumit menguburkan bangkai kucing di pinggir jalan, serumit kentut.
***
“Membaca kumpulan cerpen Orang-orangan Kampung Bambu seperti mendengar sebuah dongeng. Beragam cerita yang memadukan warna lokalitas dan urban menjadikan buku ini kaya dengan tema. [...] Gaya bertutur yang khas mengingatkan kepada Bakat Menggonggong oleh Dea Anugrah. [...] Layak dibaca bagi mereka yang mendikotomikan apa yang disebut ‘lokal’ dan ‘urban’.” (Ade Mulyono, penulis – nominee Cerpen Pilihan Kompas 2024)
“Gairah bereksperimen dalam bentuk dan isi sangat terasa dalam kumpulan cerpen ini. Percobaan yang terbilang berani dan harus seperti itu. [...] Tokoh-tokoh ‘aneh’ bertebaran di kumpulan cerpen ini; tentu saja dengan maksud menghadirkan tokoh dan karakter yang kuat agar bisa melekat di benak pembaca dalam waktu yang lama.” (Dewanto Amin Sadono, sastrawan – nominee Penghargaan Sastra Kemendikbud 2024)
“Dalam kumpulan cerita pendek ini, Kurnia telah menunjukkan kepolosan seorang anak dan kematangan seorang pencerita ulung.” (Cicilia Oday, penulis – emerging writers UWRF 2024)